PR SURABAYA - Menjelang Bulan Suro dalam kalender Jawa, masyarakat Jawa biasanya menyambutnya dengan berbagai tradisi yang sarat akan nilai-nilai kearifan lokal.
Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, Bulan Suro dianggap sebagai bulan keramat.
Dalam tradisi Jawa, bulan ini diyakini memiliki kekuatan spiritual yang kuat.
Salah satu tradisi yang dilakukan adalah menyucikan pusaka.
Pusaka, yang dianggap sebagai benda berharga dengan kekuatan mistis, dimandikan atau disucikan agar tetap bersih dan suci.
Masyarakat percaya, jika pusaka tidak disucikan, dapat mendatangkan bahaya atau kesialan bagi pemiliknya.
Baca Juga: Grebeg Suro 2024, Ini Rute Perjalanannya dari Surabaya
Salah satu upacara tradisional yang dilakukan untuk menyambut Bulan Suro adalah Grebeg Suro.
Upacara ini rutin digelar oleh masyarakat Kediri di Petilasan Sri Aji Joyoboyo, sebuah situs sejarah yang terletak di Desa Menang, Pagu, Kabupaten Kediri.
Tradisi ini sudah berlangsung sejak tahun 1976 dan tetap dilestarikan hingga kini.
Baca Juga: Grebeg Suro 2024 Berpotensi Meningkatkan Ekonomi Ponorogo
Tanggal 1 Suro digunakan sebagai tanda awal yang baru, kembali suci, dan menghindari malapetaka.
Masyarakat percaya bahwa dengan melaksanakan upacara ini, mereka akan mendapatkan perlindungan dari Tuhan untuk tahun mendatang.
Upacara Grebeg Suro dimulai dengan acara pembukaan di Kantor Desa Menang, kemudian dilanjutkan menuju petilasan, dan diakhiri di Sendang Tirto Kamandanu.
Pelaksanaan upacara di petilasan dibagi menjadi dua lokasi: Loka Moksa, Loka Busana, dan Loka Mahkota, serta Sendang Tirto Kamandanu.
Pada pagi hari tanggal 1 Suro, setelah acara pembukaan, peserta upacara menuju Loka Moksa untuk menghaturkan maksud dan tujuan kedatangan mereka kepada Prabu Sri Aji Joyoboyo.
Setelah itu, mereka menabur bunga di halaman Loka Moksa sebagai tanda penghormatan dan rasa syukur.
Baca Juga: Sudah Pernah Nyobain Ayam Panggang Bangi? Destinasi Kuliner Kediri Tersembunyi yang Bikin Penasaran
Acara diakhiri dengan caos dhahar, yang dilakukan di tiga lokasi Moksa secara bersamaan.
Tradisi Grebeg Suro tidak hanya berdampak pada pelestarian budaya, tetapi juga memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan dan pembangunan daerah Kabupaten Kediri.
Pemerintah dan masyarakat setempat bekerja sama untuk menjaga dan melestarikan tradisi ini, yang kini juga menjadi salah satu objek wisata budaya unggulan di Kabupaten Kediri.***