Tiada yang Abadi: Ini Lima Hidangan Legendaris Surabaya yang Terancam Punah

- 7 Juni 2024, 16:30 WIB
Getas ketan, manis dan renyah diluar tapi empuk dan lembut di dalam
Getas ketan, manis dan renyah diluar tapi empuk dan lembut di dalam /Getas ketan, manis dan renyah diluar tapi empuk dan lembut di dalam/

PR SURABAYA - Tidak ada yang abadi di dunia ini, termasuk kuliner. Beberapa hidangan yang dulu populer dan digemari banyak orang kini mulai ditinggalkan. Perubahan selera dan evolusi indra pengecap manusia membuat setiap generasi memiliki makanan favoritnya masing-masing.

Misalnya, mayoritas orang tua kita kurang suka junk food, tetapi generasi milenial sangat menggemarinya. Begitu juga dengan beberapa rumah makan yang dulunya menjadi primadona, kini perlahan kehilangan penggemarnya dan terancam punah.

Di Surabaya, fenomena ini terlihat jelas pada beberapa kuliner yang dulu sangat populer. Kuliner khas Surabaya yang dulunya dijajakan dengan gerobak dorong di gang-gang Kota Pahlawan kini mulai sulit ditemui. Setidaknya ada lima kuliner Surabaya yang dulu sering dijumpai, namun sekarang butuh perjuangan untuk bisa membeli dan menyantapnya.

Baca Juga: Terbaik Lezat dan Murah, Bocoran 5 Tempat Kuliner Surabaya Ayam Bakar dengan Porsi Besar

1. Sate Karak
Sate karak bukanlah sate yang terbuat dari karak (nasi sisa yang dikeringkan). Sate ini terbuat dari daging sapi yang disajikan dengan ketan hitam dan diberi bumbu pedas gurih khas Surabaya serta parutan kelapa.

Sekitar dua puluh tahun lalu, sate karak masih mudah dijumpai. Banyak pedagang sate karak yang mendorong gerobaknya di gang-gang, terutama di Dupak dan sekitar wisata religi Sunan Ampel.

Namun, kondisi ini berubah drastis sekarang. Penjual sate karak hampir mustahil ditemukan di gang-gang Kota Pahlawan.

Baca Juga: Destinasi Kuliner Surabaya Bagi Maniak Pedas, Waroeng SS Surabaya Surganya Pecinta Sambal

Satu-satunya penjual sate karak yang diketahui saat ini adalah Bu Elis, yang membuka warung kecil di Jalan Ampel Lonceng No. 60, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya. Warung ini buka dari pukul 5 sore hingga pukul 10 malam saja.

Untuk kalian yang kebetulan berkunjung ke Surabaya, disarankan untuk mencicipi kuliner ini. Sate karak memiliki cita rasa unik yang tidak bisa dijumpai pada sate-sate lainnya.

Selain itu, sate karak termasuk kuliner yang mulai langka. Dengan mengonsumsi sate karak di Surabaya, kita turut berpartisipasi dalam keberlangsungan kuliner legendaris Surabaya.

Baca Juga: Gibran Rakabuming dan Hendy Setiono Bagikan Susu dan Alat Tulis di Surabaya, Bersama Emil Dardak

2. Pecel Semanggi
Pecel semanggi adalah makanan khas Surabaya yang menjadi salah satu kuliner legendaris di Kota Pahlawan. Meski secara tampilan mirip dengan pecel pada umumnya, cita rasa dan komposisinya jauh berbeda. Pecel semanggi menggunakan daun semanggi dan taoge sebagai bahan utamanya.

Bumbu pecelnya terbuat dari ketela rambat, kacang tanah, petis, dan gula merah yang ditumbuk halus. Rasa pecel semanggi ini manis dan gurih.

Bagi pencinta pedas, tambahan sambal bisa membuat rasanya sedikit pedas. Pecel semanggi biasa disajikan di atas daun pisang yang dipincuk, dan orang Surabaya menyantapnya bukan dengan sendok atau garpu, melainkan dengan kerupuk puli.

Baca Juga: Surga Kuliner Surabaya dengan Masakan Lezat dan Pemandangan Indah, Mulai 15 Ribuan

Namun, sekarang ini penjual pecel semanggi yang berkeliling di gang-gang mulai sulit ditemukan. Bahkan di pasar tradisional sekalipun, jarang ada penjual pecel semanggi.

Jika ingin makan pecel semanggi, biasanya orang akan mencarinya ke Tugu Pahlawan atau Taman Bungkul. Selain di kedua area tersebut, masih ada satu atau dua warung makan yang menjual pecel semanggi. Tak berlebihan jika menyebut pecel semanggi sebagai salah satu kuliner yang terancam punah.

Kondisi ini sangat berbeda dengan masa lalu. Dulu, penjual pecel semanggi bisa ditemukan dengan mudah di gang-gang kecil di Kota Pahlawan.

Mereka biasanya berjualan dengan membawa besek besar berisi pecel semanggi yang digendong di punggung. Cukup duduk di teras rumah, penjual pecel semanggi akan menghampiri.

Baca Juga: Nasi Tongkol Bu Karmini, Kuliner Surabaya Legendaris yang Menggoda Pecinta Pedas di Kawasan Ampel

3. Kompyang
Kompyang atau kompia pada awalnya adalah kue yang berasal dari Tiongkok, namun kue ini sangat populer di Surabaya. Dulu, kue ini sering dijadikan hidangan saat ada keluarga yang sedang hajatan.

Kompyang terbuat dari tepung terigu, gula, garam, dan air, dengan taburan wijen di atasnya. Bentuknya mirip bagian atas roti hamburger. Proses pembuatan adonannya yang manual membuat tekstur kompyang agak keras, tetapi rasanya tetap nikmat.

Meskipun menjadi salah satu kue yang disebut sebagai kuliner Surabaya, kompyang saat ini mulai jarang ditemukan di kota ini. Jika ingin mencicipinya, kalian bisa mencari penjual kompyang di Pasar Atom. Namun, keberadaan penjualnya pun bergantung pada keberuntungan.

Baca Juga: Nasi Tongkol Bu Karmini, Kuliner Surabaya Legendaris yang Menggoda Pecinta Pedas di Kawasan Ampel

4. Getas Ketan
Getas ketan Surabaya memiliki perbedaan dengan getas dari daerah lain yang biasanya berwarna putih. Getas ketan Surabaya berwarna hitam karena berbahan dasar ketan hitam.

Getas ketan terbuat dari tepung ketan hitam, parutan kelapa, santan, dan sedikit garam yang diaduk menjadi adonan. Adonan ini kemudian dibentuk bulatan oval pipih dan digoreng. Setelah matang, getas ketan dibaluri gula yang sudah dicampur air sehingga menyerupai selai putih. Kehadiran gula ini memberikan rasa manis pada getas ketan.

Dulu, getas ketan banyak dijual di toko kue tradisional atau pasar. Namun kini, jarang ada toko kue yang menjual getas ketan. Kita hanya bisa sesekali menjumpai kuliner ini saat ada keluarga di perkampungan Surabaya yang mengadakan hajatan atau jika beruntung, menemukan penjualnya di Pasar Atom.

Baca Juga: Belum Banyak yang Tahu, 5 Rekomendasi Kuliner Hemat untuk Anak Kos di Surabaya

5. Lontong Kupang
Lontong kupang mungkin masih bisa ditemukan, terutama di daerah Kenjeran. Namun, jumlah penjualnya berkurang drastis.

Dulu, penjual lontong kupang hampir selalu bisa dijumpai di setiap gang di Kota Pahlawan. Mereka berkeliling dengan gerobak dorong seperti tukang bakso. Kini, pemandangan itu langka sekali. Lontong kupang seolah mulai dilupakan dan tergerus zaman.

Lontong kupang terbuat dari kupang putih, hewan laut kecil serupa kerang dengan tekstur lunak. Kupang dimasak hingga empuk lalu diberi kuah yang terbuat dari petis dan sedikit perasan jeruk nipis.

Baca Juga: Menikmati Akulturasi Budaya Kuliner di Kokoon Hotel Surabaya dengan Sajian Khas Pesisir dan Pecinan

Kupang ini dimakan dengan lontong, makanya disebut lontong kupang. Untuk menambah kenikmatan, lontong kupang diberi tambahan lauk lentho, yang terbuat dari kacang tolo, tepung, dan singkong yang dibumbui, kemudian dibentuk kecil-kecil dan digoreng.

Meski terbuat dari kupang yang berasal dari laut, jika dimasak dengan benar, lontong kupang tidak berbau amis.

Pelestarian Kuliner Legendaris
Itulah lima kuliner Surabaya yang kepopulerannya mulai tergerus zaman dan terancam punah. Jika kalian berkunjung ke Surabaya, jangan lupa mencicipi lima kuliner di atas.

Baca Juga: Mencicipi Soto Daging Ampera, Kuliner Legendaris Kediri yang Memikat Lidah dengan Harga Terjangkau

Dengan menikmati kuliner-kuliner ini, kita tidak hanya memuaskan rasa lapar tetapi juga turut melestarikan kekayaan kuliner Kota Pahlawan. Keberadaan kuliner legendaris ini sangat bergantung pada para pencinta kuliner yang mau melestarikan dan mengenalkannya ke generasi mendatang.

Mari kita bersama-sama menjaga warisan kuliner ini agar tetap hidup dan dikenal oleh anak cucu kita di masa depan.***

Editor: Budi W


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah